Sabtu, 26 November 2016

Badai di Malam Hari

Bagai ranting di pepohonan.
Yang terombang-ambing oleh ketidakpastian.
Harapan hidupnya hanya ranting lain yang menyangga, pikirnya.
Namun, sang ranting dengan angkuh melepaskan pegangannya.
Meninggalkan luka, menimbulkan air mata.

Ketika keinginan tak sesuai dengan kenyataan, rasanya semua harapan melebur menjadi abu di tungku pembakaran.
Telanjur berhenti, telanjur memutuskan untuk menyudahi.
Padahal bisa jadi, angin yang semula ditakuti akan pergi.
Dan ranting yang sudah pergi akan kembali.
Walau itu hanya imaji,
Walau itu sebatas mimpi.

Sekarang, melanjutkan hidup adalah keputusan terbaik,
dan teguh pendirian adalah suatu keharusan.
Agar tak rapuh ketika badai datang,
agar tak runtuh jika hujan jatuh.
Sekeras apapun kenangan berembus,
sehebat apapun perasaan mengombang-ambing,
bertahan adalah pilihan terakhir yang harus dilakukan.
Meski hati terus menjerit,
dan sesak semakin menghimpit,
dan sakit selalu melilit.
Namun, matahari akan segera terbit.
Bangkit, do it.

Brebes.
Juni 2016.
Share:

0 Comment: