Rabu, 26 Juli 2017

SADAR!!!

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. – Al Kahfi 29.

Lo pasti sering minta ditunjukan jalan, diberikan kebenaran, dan dilihatkan kepastian akan hal-hal yang lagi lo dilemma-in which is lo harap-harap cemas terhadap hasilnya. Dan lo dengan (sok) tegar dan tawakkalnya menyerahkan segala hal ke Allah. Meminta diberikan yang terbaik, meminta diberikan keikhlasan, meminta diberikan petunjuk, meminta diberikan kebenaran, meminta didekatkan, meminta dijodohkan, meminta yang lebih banyak, sampai-sampai lo lupa kalo sebenarnya lo minta keinginan dan tendensi lo itu dikabulkan. Disinilah yang biasanya orang-orang lakukan, tak terkecuali gue.

Sebagai manusia yang wajar tapi ga kurang ajar *azek*, gue ga luput dari sifat maruk dan lupa diri kalo sebenarnya Allah udah ngabulin dan menuhin semua permintaan dan doa-doa gue. Gue minta biar uas gue lancar, alhamdulillah ga ada kendala berarti. Gue minta didekatkan, alhamdulillah sempet dekat, walaupun sekarang udah ada sekat *wkwk*. Gue minta diberi kepastian, giliran kepastian itu datang gue malah berpaling. Gue minta diberi petunjuk dan pertanda, ketika berbagai tanda berdatangan, gue malah menampik, malah menyalahkan orang lain. Yang akhirnya membuat gue merombak ulang keinginan gue. Yang tadinya gue udah sok tawakkal dan ikhlas, eh malah berdoa biar didekatkan lagi, biar dipertemukan lagi, minta diberi petunjuk lagi. Yang lagi-lagi Allah udah mendekatkan, udah mempertemukan, udah ngasih petunjuk, tetep aja gue ingkar. Stupid banget ga si.

Seringkali kita ga ngerti bahasa yang digunakan Allah buat menjawab doa-doa kita. Contohnya aja nih, lo berdoa buat diberi petunjuk dan kepastian terhadap perasaan lo ke si X, lo berdoa kalo emang dia yang terbaik buat lo, dekatkanlah, kalo dia bukan yang terbaik buat lo, jauhkanlah, dan datangkanlah orang yang tepat pada waktu yang tepat. Aamiin. Dengan perasaan ketar-ketir menunggu jawaban Allah, dan berusaha untuk ikhlas terhadap hasilnya, eh tetiba skenario Allah jauh dari ekspektasi sederhana lo. Pada awalnya lo didekatkan dengan dia, dia mendekat, lo semakin rapat, semakin hangat, dan lo udah keburu geer aja kalo jawaban Allah adalah dia yang terbaik, tapi ternyata BOOM! Disaat lo udah mengira dan cengar-cengir sendiri atas skenario Allah itu, Allah ngasih jawabannya. Lo ditunjukan kebenaran dan kepastiannya (untuk kesekian kalinya). Yang tiba-tiba membuat lo diem seribu bahasa and dunno what to do.

Emang sih, kadang manusia susah banget sadarnya. Kalo belom ‘ditampol’ Allah belom nyaho! Paling kesel itu ketika bermaksud buat memberi pengertian kepada orang-orang yang keliru, tapi dianya ga sadar-sadar! Udah dikasih tau berkali-kali teteeeep aja ga ngerti. Huh. Udah deh, orang begitu mah kudu Allah yang ‘nampol’. Hehe. Semoga kita termasuk orang-orang yang terlindung dari siksa dan adzab Allah, aamiin.


Jakarta, sore hari.
26 Juli 2017.


Share:

Rabu, 12 Juli 2017

Tanya #2

Aku tak tahu bagaimana perasaan seorang induk ketika melihat anaknya tidak ada di rumah.
Yang aku tahu adalah rasa rindu ingin pulang dari seorang anak kepada induknya.

Aku tak paham betul bagaimana perasaan seorang induk ketika melihat anaknya sakit.
Yang aku tahu adalah rasa ingin didekap dan diperhatikan dari seorang anak kepada induknya.

Aku pun belum mengerti bagaimana perasaan seorang induk ketika melihat anaknya telah bertemu dengan seorang anak dari induk lain.
Dan aku pun belum tahu perasaan apa yang dimiliki seorang anak ketika ia memutuskan untuk hidup bersama dengan anak dari induk lain tersebut.
Yang aku tahu adalah perasaan bahagia sekaligus khawatir.
Bahagia karena akhirnya menemukanmu,
Juga khawatir,
Apakah ini adalah ujian dari-Mu?

Jakarta, menjelang sore.
12 Juli 2017.
Share: