Minggu, 28 April 2019

GARA-GARA DUNIA


Assalamu’alaikum!
Alhamdulillah, aku masih mengingat tempat ini. Tempat yang sesekali aku lupa, namun menjadi kebiasaan lupa pada akhirnya. Manusia memang tempatnya lupa, maka maklumi saja. Namun kalau sering lupa, getok saja kepalanya. Itu manusia gak tau diri namanya. Sudah tau lupa-nya membuat orang-orang disekitar sengsara, eh masih saja ngotot dan terus dilakukan. Jika diberi tahu, dia minta tempe. Apa coba maunya?

Lupakan masalah tahu dan tempe. Kali ini, aku datang ingin melihat-lihat keadaan. Apakah di dalam sini aman? Apakah di dalam sini terhindar dari serangan binatang buas yang bisa tiba-tiba menyerang seperti musuh dalam selimut? Apakah ada cukup air untukku mandi, cuci, kakus, dan minum? Semua sudut aku lihat satu per satu, memastikan bahwa semua aman dan tenteram. Aku muak dengan hingar bingar kehidupan kota yang penuk sesak dengan kendaraan, polusi udara, dan mulut bualnya. Bullshit! Kamu tau? Orang-orang bermobil Jazz dan berbaju tertutup itu selalu menjunjung tinggi toleransi dan sikap saling menghargai. Tapi apa? Ketika orang lain berbeda dengannya, mereka malah mencibir, menganggap orang lain penuh dosa sedang mereka suci tak bernoda. Lebih bangsut-nya lagi, apabila diberi tahu yang benar, mereka malah menolak. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang menegur itu tidak tahu namanya sikap saling menghargai. Dasar batu! Batu kali!

Aku ke tempat ini bukan untuk kabur atau menghindar. Karena aku bukan tersangka, aku juga bukan buronan. Hanya saja, hari demi hari dunia makin kejam. Dia seakan-akan mengadu domba antar sesama manusianya. Pertemanan yang sudah terjalin hingga lebih dari delapan tahun, tiba-tiba renggang hanya karena perbedaan pendapat mengenai siapa yang lebih bagus antara Blackpink dan Red Velvet. Bahkan dalam keluarga, hanya karena masalah tema baju lebaran sampai-sampai harus berkubu-kubu di dalam keluarga. Yang dulu teman kuanggap sebagai orang yang bisa diandalkan ketika di luar rumah, ternyata tidak juga. Yang sampai saat ini keluarga kuanggap sebagai tempat kembali setelah pergi, ternyata tidak selamanya. Jahat sekali bukan si dunia ini? Mereka membuat manusia-manusianya bercerai berai, lalu memunculkan rasa sepi dalam diri, dan menanamkan doktrin bahwa tidak ada yang dapat dipercaya di dunia ini. Hingga pada suatu masa ketika aku menatap senja di sela-sela jendela, aku disadari tentang sesuatu. Bahwa sesungguhnya dunia ini tidak kejam, lebih tepatnya bukan dunia yang kejam. Dunia hanya ingin menunjukkan bahwa memang tidak ada yang bisa dipercaya seutuhnya di dunia ini, tidak ada yang bisa dijadikan tempat pulang di dunia ini, kecuali Allah. Allah selalu tepat dengan janji-Nya. Dia pasti mendatangkan malam setelah sore datang. Dia yang mendatangkan pagi setelah malam petang. Dia yang mendatangkan rasa kenyang setelah makan, dan mendatangkan rasa bahagia ketika menjadi juara. Lalu, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

Aku berterima kasih kepada Allah, yang telah mengutus dunia untuk menyadarkanku bahwa tidak ada yang lebih baik dari Allah, tidak ada yang lebih dapat dipercaya kecuali Allah, tidak ada tempat bersandar yang lebih nyaman kecuali Allah. Semoga, hidayah senantiasa diberikan kepada kita untuk memperbaiki diri, bukan dengan ujian, apalagi cobaan-Mu, aamiin.

Tangerang, 28 April 2019.
Sambil duduk disudut ruangan.
Share: