Assalamu’alaikum!
Alhamdulillah, aku masih
mengingat tempat ini. Tempat yang sesekali aku lupa, namun menjadi kebiasaan
lupa pada akhirnya. Manusia memang tempatnya lupa, maka maklumi saja. Namun kalau
sering lupa, getok saja kepalanya. Itu manusia gak tau diri namanya. Sudah tau
lupa-nya membuat orang-orang disekitar sengsara, eh masih saja ngotot dan terus
dilakukan. Jika diberi tahu, dia minta tempe. Apa coba maunya?
Lupakan masalah tahu dan tempe.
Kali ini, aku datang ingin melihat-lihat keadaan. Apakah di dalam sini aman? Apakah
di dalam sini terhindar dari serangan binatang buas yang bisa tiba-tiba
menyerang seperti musuh dalam selimut? Apakah ada cukup air untukku mandi,
cuci, kakus, dan minum? Semua sudut aku lihat satu per satu, memastikan bahwa
semua aman dan tenteram. Aku muak dengan hingar bingar kehidupan kota yang
penuk sesak dengan kendaraan, polusi udara, dan mulut bualnya. Bullshit! Kamu tau? Orang-orang bermobil
Jazz dan berbaju tertutup itu selalu menjunjung tinggi toleransi dan sikap saling
menghargai. Tapi apa? Ketika orang lain berbeda dengannya, mereka malah
mencibir, menganggap orang lain penuh dosa sedang mereka suci tak bernoda. Lebih
bangsut-nya lagi, apabila diberi tahu
yang benar, mereka malah menolak. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang
menegur itu tidak tahu namanya sikap saling menghargai. Dasar batu! Batu kali!
Aku ke tempat ini bukan untuk
kabur atau menghindar. Karena aku bukan tersangka, aku juga bukan buronan.
Hanya saja, hari demi hari dunia makin kejam. Dia seakan-akan mengadu domba
antar sesama manusianya. Pertemanan yang sudah terjalin hingga lebih dari delapan
tahun, tiba-tiba renggang hanya karena perbedaan pendapat mengenai siapa yang
lebih bagus antara Blackpink dan Red Velvet. Bahkan dalam keluarga, hanya
karena masalah tema baju lebaran sampai-sampai harus berkubu-kubu di dalam
keluarga. Yang dulu teman kuanggap sebagai orang yang bisa diandalkan ketika di
luar rumah, ternyata tidak juga. Yang sampai saat ini keluarga kuanggap sebagai
tempat kembali setelah pergi, ternyata tidak selamanya. Jahat sekali bukan si
dunia ini? Mereka membuat manusia-manusianya bercerai berai, lalu memunculkan
rasa sepi dalam diri, dan menanamkan doktrin bahwa tidak ada yang dapat dipercaya
di dunia ini. Hingga pada suatu masa ketika aku menatap senja di sela-sela
jendela, aku disadari tentang sesuatu. Bahwa sesungguhnya dunia ini tidak
kejam, lebih tepatnya bukan dunia yang kejam. Dunia hanya ingin menunjukkan
bahwa memang tidak ada yang bisa dipercaya seutuhnya di dunia ini, tidak ada
yang bisa dijadikan tempat pulang di dunia ini, kecuali Allah. Allah selalu tepat
dengan janji-Nya. Dia pasti mendatangkan malam setelah sore datang. Dia yang
mendatangkan pagi setelah malam petang. Dia yang mendatangkan rasa kenyang
setelah makan, dan mendatangkan rasa bahagia ketika menjadi juara. Lalu, nikmat
mana lagi yang kamu dustakan?
Aku berterima kasih kepada Allah,
yang telah mengutus dunia untuk menyadarkanku bahwa tidak ada yang lebih baik
dari Allah, tidak ada yang lebih dapat dipercaya kecuali Allah, tidak ada tempat
bersandar yang lebih nyaman kecuali Allah. Semoga, hidayah senantiasa diberikan
kepada kita untuk memperbaiki diri, bukan dengan ujian, apalagi cobaan-Mu, aamiin.
Tangerang, 28 April 2019.
Sambil duduk disudut ruangan.
0 Comment:
Posting Komentar