Sabtu, 15 April 2017

Lima Hari Penuh Ekspresi

Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi. Kadang yang terlihat sekarang bukanlah hasil akhir di belakang. Kadang pula yang diprediksikan tidak akan terjadi, ternyata itulah realitanya. Hidup ini memang misteri. Tidak ada satupun yang bisa tepat memprediksi kecuali Sang Ilahi. Yang dirasa saat ini bisa jadi hanya sebuah ilusi. Yang tampak hari ini mungkin saja fatamorgana. Tidak ada yang kekal, tidak ada yang mutlak benar, kecuali Yang Maha Besar.

Lima hari yang berarti dan penuh ekspresi. Dimana aku, kamu, dia, mereka, saling menunjukkan identitas, saling berbagi kisah, saling berbagi resah dan gelisah. Bukan hal yang mudah untuk menjadikan banyak kepala ini menjadi satu frekuensi, satu harmoni, satu sinergi. Konflik, perdebatan, muka masam, masa bodo, dan ekspresi kecut lainnya yang telah menjadi warna dasar dari pelangi kami. Perlahan mulai berdamai, seiring berjalan, bersama-sama berusaha melunturkan ego, membuka hati dan mata, hingga terwujudnya satu suara.

Lima hari yang penuh makna dan cerita. Dimana aku, kamu, dia, dan kita saling bertatap muka. Berusaha menjadi kuat, tidak patah semangat, dan sebisa mungkin untuk tetap tegak. Lelah? Pastinya. Waktu tidur kami berkurang, waktu istirahat kami juga menipis. Hanya saja jatah makan kami yang bertambah. Membuat semangat kembali membuncah. Saat-saat ternikmat yang pernah ada ketika duduk bersama dengan satu rasa. Rasa yang membuat kami menjadi akrab, dekat, dan hangat. Rasa yang membuat kami malah menjadi semangat, kompak, dan bergerak cepat. Tidak peduli apa dan seberapa banyak yang disajikan. Yang terpenting adalah satu, kenyang. Momen selanjutnya yang selalu ditunggu-tunggu adalah berdiri di depan pintu ekspresi. Saling berbagi semangat, berbagi kisah, berbagi tatap. Tatapan yang selalu aku tunggu, tatapan yang selalu bisa membuatku untuk rela menunggu, tatapan yang selalu bisa menaikkan gairahku. Seketika tatapan itu berkakhir, kami digiring masuk ke dalam meja setengah lingkaran. Dimulailah lagi perjuangan kami. Berjuang melawan lelah, suntuk, dan aura negatif lainnya. Sesekali mata ini mencuri-curi untuk mencari tatapan tadi. Tatapan yang bisa menghilangkan rasa lelah, gelisah, dan resah. Sesekali pula tatapanku terperangkap dalam tatapannya, yang membuat aku terkejut namun tetap bisa naif.

Hari pertama kami berjalan sangat menarik, sampai-sampai tidak ada satupun yang bisa tetap energik. Ya, kami menjadi bulan-bulanan amukan massa. Berbagai tuduhan menghujani kami yang sudah setengah sadar. Ingin rasanya cepat berakhir, cepat diakhiri. Agar tak ada lagi suara tinggi yang selalu membuat kami ingin menjerit. Dengan sabar dan penuh pengertiannya, sosok manusia itu menenangkan kami. Dan ia selalu berhasil membuat kami merasa tidak salah dan berada diposisi yang benar. Walau sebenarnya memang kami yang salah, walau sebenarnya juga mereka tidak sepenuhnya benar. Namun, pada akhirnya ia selalu memberikan pesan dan misi ke depan untuk kami yang lebih baik lagi. Begitu seterusnya, dengan suara dan nada yang sama, dengan gaya bahasa dan pembawaan yang tidak berbeda, ia selalu berhasil membuat kami patuh, membuat kami teguh, membuat kami semangat untuk menjadi lebih baik. Kami saling menguatkan, saling mengingatkan, saling mendorong dan saling berbagi. Tanpa tendensi yang bertele-tele, yang penting misi kami berhasil.

For better endurance, for better performance, for better relation, for better memory. Rentetan misi yang berhasil kami jalani. Matriks performance menunjukkan grafik yang meningkat. Tidak hanya satu atau beberapa orang. Semua tersenyum dan bangga, namun tetap rendah dan tidak jemawa. Keberhasilan ini bukan hanya karena kita sebagai peserta, namun juga sosok manusia yang sangat berjasa memberi kami asa, sosok mereka yang memiliki peran penting untuk membuat kami satu nasib satu perjuangan, dan sosok dia yang selalu berhasil melenyapkan lelah menghilangkan gundah.

Lima hari yang telah mengajarkanku banyak hal, banyak arti. Lewat kisah yang aku tangkap dari setiap gerak-geriknya. Lewat pesan yang bisa kupahami lewat mata dan perkataannya. Lima hari yang tidak akan cukup diceritakan dalam waktu lima hari. Lima hari yang tidak akan dikenang selama lima hari, bulan, tahun, windu, ataupun abad. Namun lima hari, yang selalu akan membekas di hati. Tumbuh menjadi benih-benih relasi yang akan terus bersemi. Karena kami adalah kita, Balvacordia. 

Terima kasih untuk yang telah memberikan ekspresinya. Terima kasih untuk yang tidak malu berbagi kisah hidupnya. Jangan lupa makan dan tidur yang cukup. Ingat untuk bahagia.

Dari yang sedang berdamai dengan diri sendiri,
With love.


Surabaya, 15 April 2017.
Ba’da Isya.


Share:

2 Comment:

raeesabahja mengatakan...

aw aw aw.. tatapan siapa tuh han ..

Regin Iqbal mengatakan...

Lah...