Kita tidak akan pernah tau apa yang akan
terjadi. Kadang yang terlihat sekarang bukanlah hasil akhir di belakang. Kadang
pula yang diprediksikan tidak akan terjadi, ternyata itulah realitanya. Hidup ini
memang misteri. Tidak ada satupun yang bisa tepat memprediksi kecuali Sang Ilahi.
Yang dirasa saat ini bisa jadi hanya sebuah ilusi. Yang tampak hari ini mungkin
saja fatamorgana. Tidak ada yang kekal, tidak ada yang mutlak benar, kecuali Yang
Maha Besar.
Lima hari yang berarti dan penuh ekspresi. Dimana
aku, kamu, dia, mereka, saling menunjukkan identitas, saling berbagi kisah, saling
berbagi resah dan gelisah. Bukan hal yang mudah untuk menjadikan banyak kepala
ini menjadi satu frekuensi, satu harmoni, satu sinergi. Konflik, perdebatan,
muka masam, masa bodo, dan ekspresi kecut lainnya yang telah menjadi warna
dasar dari pelangi kami. Perlahan mulai berdamai, seiring berjalan,
bersama-sama berusaha melunturkan ego, membuka hati dan mata, hingga terwujudnya
satu suara.
Lima hari yang penuh makna dan cerita. Dimana aku,
kamu, dia, dan kita saling bertatap muka. Berusaha menjadi kuat, tidak patah
semangat, dan sebisa mungkin untuk tetap tegak. Lelah? Pastinya. Waktu tidur
kami berkurang, waktu istirahat kami juga menipis. Hanya saja jatah makan kami
yang bertambah. Membuat semangat kembali membuncah. Saat-saat ternikmat yang
pernah ada ketika duduk bersama dengan satu rasa. Rasa yang membuat kami
menjadi akrab, dekat, dan hangat. Rasa yang membuat kami malah menjadi
semangat, kompak, dan bergerak cepat. Tidak peduli apa dan seberapa banyak yang
disajikan. Yang terpenting adalah satu, kenyang. Momen selanjutnya yang selalu
ditunggu-tunggu adalah berdiri di depan pintu ekspresi. Saling berbagi semangat,
berbagi kisah, berbagi tatap. Tatapan yang selalu aku tunggu, tatapan yang
selalu bisa membuatku untuk rela menunggu, tatapan yang selalu bisa menaikkan gairahku.
Seketika tatapan itu berkakhir, kami digiring masuk ke dalam meja setengah
lingkaran. Dimulailah lagi perjuangan kami. Berjuang melawan lelah, suntuk, dan
aura negatif lainnya. Sesekali mata ini mencuri-curi untuk mencari tatapan
tadi. Tatapan yang bisa menghilangkan rasa lelah, gelisah, dan resah. Sesekali pula
tatapanku terperangkap dalam tatapannya, yang membuat aku terkejut namun tetap bisa
naif.
Hari pertama kami berjalan sangat menarik,
sampai-sampai tidak ada satupun yang bisa tetap energik. Ya, kami menjadi
bulan-bulanan amukan massa. Berbagai tuduhan menghujani kami yang sudah
setengah sadar. Ingin rasanya cepat berakhir, cepat diakhiri. Agar tak ada lagi
suara tinggi yang selalu membuat kami ingin menjerit. Dengan sabar dan penuh
pengertiannya, sosok manusia itu menenangkan kami. Dan ia selalu berhasil
membuat kami merasa tidak salah dan berada diposisi yang benar. Walau sebenarnya
memang kami yang salah, walau sebenarnya juga mereka tidak sepenuhnya benar. Namun,
pada akhirnya ia selalu memberikan pesan dan misi ke depan untuk kami yang
lebih baik lagi. Begitu seterusnya, dengan suara dan nada yang sama, dengan
gaya bahasa dan pembawaan yang tidak berbeda, ia selalu berhasil membuat kami
patuh, membuat kami teguh, membuat kami semangat untuk menjadi lebih baik. Kami
saling menguatkan, saling mengingatkan, saling mendorong dan saling berbagi. Tanpa
tendensi yang bertele-tele, yang penting misi kami berhasil.
For better endurance,
for better performance, for better relation, for better memory. Rentetan misi yang berhasil kami
jalani. Matriks performance menunjukkan
grafik yang meningkat. Tidak hanya satu atau beberapa orang. Semua tersenyum
dan bangga, namun tetap rendah dan tidak jemawa. Keberhasilan ini bukan hanya
karena kita sebagai peserta, namun juga sosok manusia yang sangat berjasa
memberi kami asa, sosok mereka yang memiliki peran penting untuk membuat kami
satu nasib satu perjuangan, dan sosok dia yang selalu berhasil melenyapkan lelah
menghilangkan gundah.
Lima hari yang telah mengajarkanku banyak hal, banyak arti. Lewat kisah yang aku tangkap dari setiap gerak-geriknya. Lewat
pesan yang bisa kupahami lewat mata dan perkataannya. Lima hari yang tidak akan
cukup diceritakan dalam waktu lima hari. Lima hari yang tidak akan dikenang
selama lima hari, bulan, tahun, windu, ataupun abad. Namun lima hari, yang
selalu akan membekas di hati. Tumbuh menjadi benih-benih relasi yang akan terus
bersemi. Karena kami adalah kita, Balvacordia.
Terima kasih untuk yang telah memberikan ekspresinya.
Terima kasih untuk yang tidak malu berbagi kisah hidupnya. Jangan lupa makan
dan tidur yang cukup. Ingat untuk bahagia.
Dari yang sedang berdamai dengan diri sendiri,
With love.
Surabaya, 15 April 2017.
Ba’da Isya.
2 Comment:
aw aw aw.. tatapan siapa tuh han ..
Lah...
Posting Komentar